3:45 PM
0
Snack dalam box kecil berisi roti dan air mineral gelas di bagikan, dari sini bus membawa 12 penumpang dan 4 orang kru yang semuanya duduk mengobrol di depan, mungkin satu orang agen berjalan karna manifest penumpang dipengangnya dan dialah yang berkordinasi dengan 3 orang penumpang yang akan naik dari depan rumahnya karena memang jalurnya dilewati oleh PR. Tidak lama keluar dari kota Bengkulu jalan masih relative mulus dengan lebar jalan yang cukup (cukup tetapi tidak besar seperti jalan dua arah di jawa) menuju Talang Empat tempat penumpang ketiga berhasil naik ke dalam lambung bis. Sampai dengan seluruh penumpang naik tidak ada lagi yang mendapat jatah snack dan berarti hanya penumpang yang naik dari agen saja yang mendapat snack, aneh saya baru menemui pola seperti ini.
Jalan menuju talang Empat
Bis terus melaju dan terasa jalan semakin sempit dan di beberapa titik terdapat longsor dan jalan rusak, dan benar saja jalan sudah berbeda, sekarang tikungan-tikungan tajam yang ekstrim mulai dilalui dengan mendaki. Saya sedang naik gunung, driver pertama dengan lincah memutar kemudi, driver terlihat santai melalui jalan ini padahal hampir sepanjang jalan melewati jurang di sebalah kiri dengan tebing atau rumah penduduk di sebelah kananya dan sebaliknya jurang di kanan tebing di kiri. Dengan tikungan U yang sempit dan tak habis-habis driver masih sangat santai padahal hampir sebagian besar tikungan U tidak bisa langsung dilalui dari 2 arah harus ada salah satu yang mengalah memberi jalan untuk melaluinya terlebih dahulu. Jalur terus berkelok dan bis dengan lincah melewati kendaraan-kendaraan besar dan kendaraan kecil yang berjalan santai dengan sungguh mepet dan menerobos ranting-ranting pohon disisi kanan jalan, dapat di tebak siapa yang harus mengalah pada tikungan tajam yang di lewati. Tidak jarang banyak mobil kecil melakukan pengereman mendadak karna melihat bis dengan cepat menikung dan ada beberapa yang harus mundur untuk memberikan ruang gerak bagi si bongsor untuk bermanufer menaklukkan tikungan. Ini memang Sumatera, ya baru pertama kali ini saya naik bis di Sumatra dan sangat terkesan di buatnya.
 Beberapa titik kerusakan jalan
 Gerombolan truk
 Saat-saat akan melewati truk
 Sebagian jalan mulai diperbaiki
 Selepas tikungan memaksa truk harus mundur
Longsor
 
Sekitar jam 9.30 melawati kawasan wisata gunung Taba Penanjung dan memasuki wilayah Kepahiang jalan mulai landai dan mulai menurun sampai dengan bertemu dengan keramaian pasar dan berhenti di agen PR Kepahiang jam 10.35 untuk menaikkan penumpang. Di kota ini kru cukup agresif menjaring penumpang tanpa tiket dan naiklah 2 orang dara manis dengan tujuan Lubuk Lingau. Jalan tetap sempit tetapi tidak seperti sebelumnya yang di penuhi oleh tikungan tajam dan pada akhirnya samai di terminal Curup pada jam 11.29.


20 menit berhenti untuk menaikkan paket dan penumpang bis siap melaju kembali dengan driver ke 2. Pintu sebelah kanan dibuka, lho kok bapak agen berjalan yang naik ke kokpit disusul driver pertama dan satu orang asisten naik dari pindu sebelah kiri dan satu orang yang ikut dari Bengkulu sedang duduk manis di dalam agen. Oh Ternyata….bapak yang saya kira agen berjalan itu ternyata driver kedua dan bis terus menuju kota berikutnya melalui rumah-rumah penduduk dengan udara yang cukup sejuk dan sebagian besar halaman rumah dipenuhi biji kopi yang sedang dijemur kalau saya tidak salah tebak. Membuka obrolah dengan bapak di sebelah saya yang baru naik dari terminal Curup di ceritakan kondisi alam disini memang dingin karna merupakan daerah pegunungan seperti di puncak. Yups saya merasakan lagi suasana yang berbeda dari pulau asal saya.


Driver kedua dengan perawakan kurus tinggi berkumis tebal menjalankan bis tidak secepat driver pertama tadi. Didaerah ini crash dengan SAN Legacy disusul dengan PR Evonext dengan corak putihnya yang sama-sama dari Jakarta menuju Bengkulu. Memasuki Lubuk Linggau pada jam 13.05 dan berhasil menjaring sepasang suami istri dengan anak bayinya yang akan menuju Jakarta. Manifes penumpang tetap di pegang oleh driver kedua ini karna setelah penumpang tersebut naik beliau terlihat mencorat coret posisi bangku yang ditempaiti pasutri tersebut. Sesaat sebelum bis di jalankan dari arah kanan mendahului SAN bermesin Cina dengan tulisan SANCHAI bus di bagian belakangnya diiringin dengan klakson dan lambaian tangan dari kru SAN dan dibalas juga dengan bunyi klakson oleh driver kedua.

Melihat SANCHAI tadi sedang brhenti di agen dan tidak lama PR pun berhenti di agen Lubuk Linggau pada jam 13.26 untuk menaikkan penumpang terakhir yang memiliki tiket. Wah agenya perempuan muda cantik, dengan lincah dia mengarahkan penumpang yang naik dari agenya untuk duduk sesuai dengan nomor yang tertera di tiket. Penumpang sudah naik, paket juga sudah, driver kedua kembali mengecek manifest penumpang yang di bawanya, “masih ada sisa beberapa seat kosong” mungkin itu yang disampaikanya kepada rekanya dengan bahasa daerah asalnya.


Bis kembali di jalankan dengan SANCHAI berada di depan, melewati kemacetan antrian SPBU yang dipenuhi kendaraan besar dan terlihat Setia Negara ikut antri dengan body yang kotor, mungkin dia baru saja samapai di Lubuk Linggau. Setia Negara lah bis jawa pertama yang saya temui di pulau sumatera ini dan melewati agen bis Handoyo bis yang terkenal dengan rute yang sangat banyak. Masih di wilayah Lubuk Lingau tepatnya di sekitar pusat pemerintahan kabupaten Musi Rawas crash dengan NPM entah dari mana dan mau kemana dan melihat Handoyo dengan kap mesin terbuka di sisi jalan.

Kembali ke SANCHAI bus, sepertinya bis tersebut lebih lincah meliuk liuk sehingga sudah tak terlihat lagi dari pandangan sampai akhirnya terlihat bis ALS melaju jauh di depan. Semakin lama bis tersebut semakin jelas terlihat dan akhirnya dapat di tempel, bis dengan identitas BK 7903 … dengan Mercy yang lebih senior terus memimpin. Walaupun mesin yang di gunakan tidak bisa dibilang muda, dengan lincah bis tanpa AC dengan barang yang menggunung di atapnya tersebut terus memimpin di depan memandu sang adik menaklukkan tikungan-tikungan tajam disertai dengan jalan yang naik turun.

Mulai mendekati ALS

Sang adik terus menempel sang kakak tanpa bisa mendahului, seolah olah sang kakak masih ingin memberikan pelajaran dari pengalamanya selama ini kepada sang adik dia terus memandu dengan lampu sen yang terus berkedip bergantian kadang kanan dan kadang kiri untuk melalui rintangan-rintangan di depanya. Sampai dengan wilayah Tebing Tinggi sang adik belum juga bisa melewati sang kakak. Driver melihat sebuah SPBU cukup kosong dengan dua kendaraan sedang mengantri solar, tanpa membuang waktu dan kesempatan yang ada driver langsung memasukkan bis ke dalam SPBU, ya memang sepanjang jalan SPBU selalu dipenuhui oleh antrian yang puluhan kendaraan besar dan kendaraan kecil untuk mengisi bahan bakar bahkan beberapa SPBU sangat sepi karna memang tidak ada lagi bahan bakar yang dapat dijual di SPBU tersebut.
Menempel ALS


Seperti sebuah keberuntungan menemui SPBU yang hanya di isi oleh 2 kendaraan besar disebelah kanan dan 2 di sebelah kiri pompa SPBU. Kru langsung mengisi full tank solar di SPBU dengan no registrasi 24.314.46. Entah berapa liter solar yang di pindahkan ke dalam tanki solah bis ini karna posisi selang solar ada di bagian kiri bis ini. Bis kembali di jalankan dengan lincah tanpa takut kehabisan solar, pada jam 15.47 di daerah Kikim cres dengan ALS dan LE 236 dan pada jam 16.25 cres dengan Handoyo. 


Hari sudah semakin sore, sejak pagi tadi bis ini belum juga berhenti di RM untuk istirahat pertama, perut sudah mulai keroncongan karna pagi tadi hanya makan sedikit nasi goring di hotel. Bertanya kepada bapak di sebelah dimana biasanya bis akan istirahat si bapak juga kebingungan karena biasanya istirahat pertama di daerah Lubuk Linggau katanya dan ini sudah hampir Lahat belum juga berhenti istirahat. Akhirnya hanya sekedar numpang lewat di terminal Lahat untuk bayar retribusi pada jam 17.05. Tidak jauh dari terminal Lahat di pertigaan bis diarahkan belok kiri dengan terlebih dahulu crew membuka pintu kiri dan bertanya ke agen Handoyo, “bisa dilewatin tidak?” dibalas dengan teriakan “bisa, jalan terus” akhirnya bis kembali di jalankan, awalnya saya pikir bis dilarang melewati jalan ini dan takut dihadang polisi di tengah jalan nanti.

Akhirnya pertanyaan yang dilontarkan crew terjawab sudah, ternyata di beberapa titik jalanya super hancur, mirip sekali dengan kubangan kerbau dengan lumpur coklatnya dan tanah becek sisa hujan sebelumnya. Driver sangat hati-hati sekali melewati jalan ini agar tidak terjebak lubang yang terlalu dalam dan selip, kendaraan lain berhenti memberi kesempatan salah satu kendaraan untuk berjuang melewati kubangan. Truk, dua bis ALS dan sebuah mobil pribadi di belakang semua berhenti menyaksikan perjuangan kami menembus kubangan lumpur, ya semuanya berhenti walaupun cukup ruang untuk jalan 2 arah dan jalan sepi tapi mereka lebih memilih untuk berhenti untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, bahkan mobil pribadi di belakang kami baru berjalan setelah kami berhasil melewati kubangan, mungkin dia ingin mengetahui jalan yang aman untuk dilalui. Ada 3 titik kubangan besar di jalan ini samapai dengan bertemu sebuah hotel Grand Zuri, ya di sebuah jalan yang sepi di tengah semak belukar terdapat hotel yang cukup bagus dengan mobil-mobil pengunjung yang memenuhi halaman parkirnya. HAH gak salah ini di jalan yg super sepi kayak gini ada hotel bagus, di Jakarta saya browsing hotel tersebut dan dapat informasi web nya di http://grandzuri.com ckckckck ternyata harga perkamarnya tidak murah, kok bisa ya hotel sebagus dan semahal ini berada di situ…..
Jalan seperti kubangan kerbau di daerah Lahat

Dan akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga, driver mengarahkan kemudi ke sebuah lahan parkir yang cukup luas untuk istirahat sejenak. Bis berhendi di RM Rantau Penantian cabang Lahat pada jam 18.06 bersama 2 bis ALS AC dan Non AC, mungkin karena sudah tidak tahan menahan lapar seluruh penumpang tanpa dikomando semuanya turun dan masuk ke dalam rumah makan padang ini. Rumah makan ini cukup luas dengan banyak sekali meja dan kursi yang di buat berkelompok-kelompok, toilet yang banyak, lebih dari 10 pintu khusus laki-laki belum lagi yang khusus perempuan, mungkin toiletnya ini memang di fungsikan bukan hanya untuk BAK dan BAB tapi juga difungsikan untuk mandi, terlihat banyaknya penumpang ALS yang mandi di toilet ini. 


Disini setiap orang yang ingin makan di kasih satu pirng nasi, air putih satu gelas dan beberapa lauk di piring-piring lainnya diantarkan ke meja masing-masing, jika ingin teh atau kopi tinggal pesan ke pramusajinya. Selesai makan memanggil pramusaji untuk di hitung, nasi satu porsi, sayur nangka, 1 telur bulat, 1 rendang dan air putih. Pramusaji tampak menulis di kertas kosong dan menyerahkanya kepada saya untuk di bayarkan ke kasir, hah malal bener totalnya 31rb kok bisa ya ckckck. Selesai makan kembali ke toilet dan melaksanakan shalat magrib + isya. Berkeliling tempat parkir terlihat agak masuk ke dalam sebuah bis ALS sedang storing dengan mesin yang sedang di bongkar sepertinya sudah berhari-hari bis itu disini.


Tidak lama terdengar panggilan penumpang PR untuk segera naik ke dalam bis, sebelum naik masuklah bis FRC  dengan papan trayek Bk tinggi P Kumbuh BH 3014 FL memasuki parkiran. PR kembali menapak aspal hitam pada jam 18.51, hari sudah semakin gelap dan melewati plang jalan Muara Enim di coret pada jam 19.14. Keadaan di luar sudah semakin sulit dilihat karna gelapnya malam, bis tetap melewati jalan dua arah dengan kecepatan yang cukup tinggi, kali ini driver sudah berganti kembali ke driver pertama, cukup terasa perbedaan kecepatanya yang ini semakin JOSS.

Pada jam 19.35 saya memutuskan untuk memejamkan mata dan terlihat driver kedua akan berjalan ke belakang sambil memberikan pengumuman “yang di dekat kaca hordenganya tutup saja” sambil berjalan menyusuri kabin untuk memastikan anjuranya di taati. Langsung ku tutup hordeng di sebelah kanan dan bertanya kepada bapak di sebelah, “ya mas di sini daerahnya masih rawan kaca bus suka dilempar batu dari samping makanya tutup hordeng biar kalo dilempar batu serpihan kacanya gak kena muka” waaaahhhh ngeri ini, sesaat sebelum memejamkan mata terlihat crash dengan PO Transport dengan papan trayek Padang.

0 comments:

Post a Comment