Bis
terus melaju dan terasa jalan semakin sempit dan di beberapa titik terdapat
longsor dan jalan rusak, dan benar saja jalan sudah berbeda, sekarang
tikungan-tikungan tajam yang ekstrim mulai dilalui dengan mendaki. Saya sedang
naik gunung, driver pertama dengan lincah memutar kemudi, driver terlihat
santai melalui jalan ini padahal hampir sepanjang jalan melewati jurang di
sebalah kiri dengan tebing atau rumah penduduk di sebelah kananya dan
sebaliknya jurang di kanan tebing di kiri. Dengan tikungan U yang sempit dan
tak habis-habis driver masih sangat santai padahal hampir sebagian besar
tikungan U tidak bisa langsung dilalui dari 2 arah harus ada salah satu yang
mengalah memberi jalan untuk melaluinya terlebih dahulu. Jalur terus berkelok dan
bis dengan lincah melewati kendaraan-kendaraan besar dan kendaraan kecil yang
berjalan santai dengan sungguh mepet dan menerobos ranting-ranting pohon disisi
kanan jalan, dapat di tebak siapa yang harus mengalah pada tikungan tajam yang
di lewati. Tidak jarang banyak mobil kecil melakukan pengereman mendadak karna
melihat bis dengan cepat menikung dan ada beberapa yang harus mundur untuk
memberikan ruang gerak bagi si bongsor untuk bermanufer menaklukkan tikungan.
Ini memang Sumatera, ya baru pertama kali ini saya naik bis di Sumatra dan
sangat terkesan di buatnya.
Beberapa titik kerusakan jalan
Gerombolan truk
Saat-saat akan melewati truk
Sebagian jalan mulai diperbaiki
Selepas tikungan memaksa truk harus mundur
Longsor
Sekitar jam 9.30 melawati kawasan wisata gunung Taba
Penanjung dan memasuki wilayah Kepahiang jalan mulai landai dan mulai menurun
sampai dengan bertemu dengan keramaian pasar dan berhenti di agen PR Kepahiang
jam 10.35 untuk menaikkan penumpang. Di kota ini kru cukup agresif menjaring
penumpang tanpa tiket dan naiklah 2 orang dara manis dengan tujuan Lubuk
Lingau. Jalan tetap sempit tetapi tidak seperti sebelumnya yang di penuhi oleh
tikungan tajam dan pada akhirnya samai di terminal Curup pada jam 11.29.
20 menit berhenti untuk menaikkan paket dan penumpang bis
siap melaju kembali dengan driver ke 2. Pintu sebelah kanan dibuka, lho kok
bapak agen berjalan yang naik ke kokpit disusul driver pertama dan satu orang
asisten naik dari pindu sebelah kiri dan satu orang yang ikut dari Bengkulu sedang
duduk manis di dalam agen. Oh Ternyata….bapak yang saya kira agen berjalan itu
ternyata driver kedua dan bis terus menuju kota berikutnya melalui rumah-rumah
penduduk dengan udara yang cukup sejuk dan sebagian besar halaman rumah dipenuhi
biji kopi yang sedang dijemur kalau saya tidak salah tebak. Membuka obrolah
dengan bapak di sebelah saya yang baru naik dari terminal Curup di ceritakan
kondisi alam disini memang dingin karna merupakan daerah pegunungan seperti di
puncak. Yups saya merasakan lagi suasana yang berbeda dari pulau asal saya.
Driver kedua dengan perawakan kurus tinggi berkumis tebal
menjalankan bis tidak secepat driver pertama tadi. Didaerah ini crash dengan
SAN Legacy disusul dengan PR Evonext dengan corak putihnya yang sama-sama dari
Jakarta menuju Bengkulu. Memasuki Lubuk Linggau pada jam 13.05 dan berhasil
menjaring sepasang suami istri dengan anak bayinya yang akan menuju Jakarta. Manifes
penumpang tetap di pegang oleh driver kedua ini karna setelah penumpang
tersebut naik beliau terlihat mencorat coret posisi bangku yang ditempaiti
pasutri tersebut. Sesaat sebelum bis di jalankan dari arah kanan mendahului SAN
bermesin Cina dengan tulisan SANCHAI bus di bagian belakangnya diiringin dengan
klakson dan lambaian tangan dari kru SAN dan dibalas juga dengan bunyi klakson
oleh driver kedua.
Melihat SANCHAI tadi sedang brhenti di agen dan tidak lama
PR pun berhenti di agen Lubuk Linggau pada jam 13.26 untuk menaikkan penumpang
terakhir yang memiliki tiket. Wah agenya perempuan muda cantik, dengan lincah
dia mengarahkan penumpang yang naik dari agenya untuk duduk sesuai dengan nomor
yang tertera di tiket. Penumpang sudah naik, paket juga sudah, driver kedua
kembali mengecek manifest penumpang yang di bawanya, “masih ada sisa beberapa
seat kosong” mungkin itu yang disampaikanya kepada rekanya dengan bahasa daerah
asalnya.
Bis kembali di jalankan dengan SANCHAI berada di depan,
melewati kemacetan antrian SPBU yang dipenuhi kendaraan besar dan terlihat
Setia Negara ikut antri dengan body yang kotor, mungkin dia baru saja samapai
di Lubuk Linggau. Setia Negara lah bis jawa pertama yang saya temui di pulau
sumatera ini dan melewati agen bis Handoyo bis yang terkenal dengan rute yang
sangat banyak. Masih di wilayah Lubuk Lingau tepatnya di sekitar pusat
pemerintahan kabupaten Musi Rawas crash dengan NPM entah dari mana dan mau
kemana dan melihat Handoyo dengan kap mesin terbuka di sisi jalan.
Mulai
mendekati ALS
Sang adik terus menempel sang kakak tanpa bisa mendahului, seolah olah sang kakak masih ingin memberikan pelajaran dari pengalamanya selama ini kepada sang adik dia terus memandu dengan lampu sen yang terus berkedip bergantian kadang kanan dan kadang kiri untuk melalui rintangan-rintangan di depanya. Sampai dengan wilayah Tebing Tinggi sang adik belum juga bisa melewati sang kakak. Driver melihat sebuah SPBU cukup kosong dengan dua kendaraan sedang mengantri solar, tanpa membuang waktu dan kesempatan yang ada driver langsung memasukkan bis ke dalam SPBU, ya memang sepanjang jalan SPBU selalu dipenuhui oleh antrian yang puluhan kendaraan besar dan kendaraan kecil untuk mengisi bahan bakar bahkan beberapa SPBU sangat sepi karna memang tidak ada lagi bahan bakar yang dapat dijual di SPBU tersebut.
Menempel
ALS
Seperti sebuah keberuntungan menemui SPBU yang hanya di isi
oleh 2 kendaraan besar disebelah kanan dan 2 di sebelah kiri pompa SPBU. Kru
langsung mengisi full tank solar di SPBU dengan no registrasi 24.314.46. Entah
berapa liter solar yang di pindahkan ke dalam tanki solah bis ini karna posisi
selang solar ada di bagian kiri bis ini. Bis kembali di jalankan dengan lincah
tanpa takut kehabisan solar, pada jam 15.47 di daerah Kikim cres dengan ALS dan
LE 236 dan pada jam 16.25 cres dengan Handoyo.
Hari sudah semakin sore, sejak pagi tadi bis ini belum juga
berhenti di RM untuk istirahat pertama, perut sudah mulai keroncongan karna
pagi tadi hanya makan sedikit nasi goring di hotel. Bertanya kepada bapak di
sebelah dimana biasanya bis akan istirahat si bapak juga kebingungan karena
biasanya istirahat pertama di daerah Lubuk Linggau katanya dan ini sudah hampir
Lahat belum juga berhenti istirahat. Akhirnya hanya sekedar numpang lewat di
terminal Lahat untuk bayar retribusi pada jam 17.05. Tidak jauh dari terminal
Lahat di pertigaan bis diarahkan belok kiri dengan terlebih dahulu crew membuka
pintu kiri dan bertanya ke agen Handoyo, “bisa dilewatin tidak?” dibalas dengan
teriakan “bisa, jalan terus” akhirnya bis kembali di jalankan, awalnya saya pikir
bis dilarang melewati jalan ini dan takut dihadang polisi di tengah jalan
nanti.
Jalan
seperti kubangan kerbau di daerah Lahat
Dan akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga, driver mengarahkan
kemudi ke sebuah lahan parkir yang cukup luas untuk istirahat sejenak. Bis
berhendi di RM Rantau Penantian cabang Lahat pada jam 18.06 bersama 2 bis ALS
AC dan Non AC, mungkin karena sudah tidak tahan menahan lapar seluruh penumpang
tanpa dikomando semuanya turun dan masuk ke dalam rumah makan padang ini. Rumah
makan ini cukup luas dengan banyak sekali meja dan kursi yang di buat
berkelompok-kelompok, toilet yang banyak, lebih dari 10 pintu khusus laki-laki
belum lagi yang khusus perempuan, mungkin toiletnya ini memang di fungsikan
bukan hanya untuk BAK dan BAB tapi juga difungsikan untuk mandi, terlihat
banyaknya penumpang ALS yang mandi di toilet ini.
Disini setiap orang yang ingin makan di kasih satu pirng
nasi, air putih satu gelas dan beberapa lauk di piring-piring lainnya diantarkan
ke meja masing-masing, jika ingin teh atau kopi tinggal pesan ke pramusajinya.
Selesai makan memanggil pramusaji untuk di hitung, nasi satu porsi, sayur
nangka, 1 telur bulat, 1 rendang dan air putih. Pramusaji tampak menulis di
kertas kosong dan menyerahkanya kepada saya untuk di bayarkan ke kasir, hah
malal bener totalnya 31rb kok bisa ya ckckck. Selesai makan kembali ke toilet
dan melaksanakan shalat magrib + isya. Berkeliling tempat parkir terlihat agak
masuk ke dalam sebuah bis ALS sedang storing dengan mesin yang sedang di
bongkar sepertinya sudah berhari-hari bis itu disini.
Tidak lama terdengar panggilan penumpang PR untuk segera
naik ke dalam bis, sebelum naik masuklah bis FRC dengan papan trayek Bk tinggi P Kumbuh BH
3014 FL memasuki parkiran. PR kembali menapak aspal hitam pada jam 18.51, hari
sudah semakin gelap dan melewati plang jalan Muara Enim di coret pada jam
19.14. Keadaan di luar sudah semakin sulit dilihat karna gelapnya malam, bis
tetap melewati jalan dua arah dengan kecepatan yang cukup tinggi, kali ini
driver sudah berganti kembali ke driver pertama, cukup terasa perbedaan
kecepatanya yang ini semakin JOSS.
0 comments:
Post a Comment